Kamis, 17 Februari 2011

manusia dan kecurangan

Manusia sebagai makhluk hidup dan sosial tentunya memiliki beragam kebutuhan yang harus dipenuhi. Maslow (1943) dalam teorinya mendefinisikan kebutuhan manusia menjadi lima. Pertama, kebutuhan psikologis manusia yaitu kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pertolongan dari kesusahan. Kedua, kebutuhan akan keamanan yaitu kebutuhan manusia akan kebebasan dari ancaman atau keamanan atas kejadian atau lingkungan yang mengancam. Ketiga, kebutuhan akan rasa memiliki, sosial, dan kasih sayang yang meliputi kebutuhan akan persahabatan, persatuan, interaksi dan kasih sayang. Keempat, kebutuhan manusia akan penghargaan baik terhadap diri sendiri maupun dari orang lain. Terakhir, kebutuhan akan penunjukkan diri yang sebenarnya yaitu kebutuhan manusia untuk memenuhi diri sendiri dengan memaksimalkan penggunaan dari kemampuan, keahlian, dan potensi diri.
Beragam kebutuhan diatas merupakan motivator bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan nyata agar kebutuhannya terpenuhi. Sayangnya, tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara yang dibenarkan atau melakukan kecurangan. Adanya hambatan-hambatan seperti perbedaan kepentingan, tekanan dari lingkungan keluarga maupun kerja, gaji yang rendah dan sedikitnya penghargaan yang diterima memotivasi seseorang untuk mengambil jalan pintas dengan melakukan kecurangan.
Kecurangan merupakan bentuk dari ketidakjujuran manusia. Namun, melakukan kecurangan kadang menjadi suatu pilihan bagi sebagian orang yang berada dalam kondisi terdesak oleh besarnya hambatan yang harus dihadapi. Situasi seperti ini mungkin saja terjadi ditengah lingkungan kita khususnya ketika terdapat sebagian orang yang merasa bahwa kejujuran itu bersifat situasional.
Di Indonesia, beragam praktik kecurangan (fraud) sering kita temukan hanya saja mungkin lebih dikenal dengan istilah korupsi. Berbagai kasus korupsi di Indonesia salah satunya adalah seperti yang dilaporkan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) bahwa terdapat kasus penggelapan pajak di Indonesia yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan memberi uang suap kepada aparat pajak (Anonim, 1999). Selain itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia juga menemukan adanya penyelewengan atas penerimaan negara yang seharusnya disetor ke kas negara tetapi justru masuk ke rekening negara atas nama pribadi (Anonim, 2006). Kasus kecurangan lain yang dapat ditemukan di Indonesia adalah manipulasi pembukuan. Tuanakotta (2006) menunjukkan bahwa pada tahun 1998 silam terdapat enam bank di Indonesia yang melakukan overstatement di sisi asset dan understatement di sisi liabilities. Selain itu, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani (Supriyanto, 2006) juga pernah menyatakan bahwa banyak perusahaan yang telah membuat laporan keuangan yang berbeda atau laporan keuangan ganda (double bookkeeping) untuk bank, BAPEPAM, maupun kantor pajak. Bukan hanya orang kantoran yang melakukan hal tersebut. Dari orang cilik aja biasa melakukannya. Contohnya mereka ga mau susah-susah kerja lebih baik nyopet. Dan mungkin hamper semua pelajar melakukan kecuraan saat ujian, mengerjakan tugas, dan sebagainya.
Jadi, kalau mau dibilang manusia itu ga akan lepas dari kecurangan.
Rujukan:
http://jurnalskripsi.com

kebudayaan manusia

Sebagai mahkluk social yang berkumpul dan menetap tentunya manusia mengadakan interaksi terhadap sesamanya. Dan selain berinteraksi dengan sesamanya tentunya manusia juga mengadakan interaksi terhadap linkungan alam diamana ia tinggal. Didalam interaksi itu yang dilakukan terus-menerus bahkan dapat menimbulkan sesuatu hal/kebiasaan dalam lingkungan masyarakat yang berulang dan menjadi kebiasaan atau diturunkan kepada masyarakat selanjutnya, hal ini kerap dikenal dengan istilah Kebudayaan.
Jika kita mengamati seluruh kelompok manusia di muka bumi ini, tentunya kita dapatkan berbagai corak Kebudayaan yang berbeda-beda. Bahkan jika dipersempit untuk mengamati Negara kita saja Indonesia, tentunya kita dapat melihat banyak sekali perbedaan Kebudayaan di setiap daerah dari sabang sampai merauke (daerah barat sampai daerah timur Indonesia).
Jika kita telaah tentunya perbedaan Kebudayaan ini sangatlah wajar, karena perbedaan yang dimiliki oleh faktor alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menyebabkan berbagai corak kebudayaan  tersebut.
Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli, salah satunya dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang mendefinisikan bahwa Kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan dari pengetahuan manusia sebagai mahkluk social, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi. Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya 7 unsur kebudayaan, yaitu sebagai berikut :
  1. Unsur Religi
  2. Sistem Kemasyarakatan
  3. Sistem peralatan
  4. Sistem mata pencaharian hidup
  5. Sistem bahasa
  6. Sistem pengetahuan
  7. Seni.
Dalam perkembangannya suatu kebudayaan itu tidaklah bersifat statis (tetap) melainkan bersifat dinamis. Hal ini disebabkan karena berbagai kelompok manusia yang memiliki kebutuhan tertentu saling berinteraksi satu kelompok dengan kelompok lainnya, tentunya melalui interaksi manusia itu terjadi perubahan kebudayaan karena dipengaruhi oleh kebudayaan lainnya.
Contoh-nya dapat kita perhatikan kebudayaan Indonesia pada abad 19 dengan perhatikan kebudayaan Indonesia pada abad 20 (Sekarang) tentunya dapat dilihat perbedaanya. Bahkan perubahan kebudayaan yang dimiliki oleh sangatlah dinamis terutama di daerah perkotaan maju seperti Jakarta, yang kebudayaannya sudah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan barat.
Tapi ironi terjadi di masyarakat Indonesia dimana perubahan kebudayaan yang terjadi di Negara ini terlalu besar, bahkan terkesan terlalu menyerap kebudayaan asing, sehingga mengabaikan kebudayaan yang sudah ada. Hal ini dapat dilihat dari cara berkomunikasi, cara berpakaian, dan pola piker yang sangatlah berbeda.
Tentunya hal ini sedikit meresahkan karena banyak kebudayaan asing yang diserap tanpa ditimbang-timbang terlebih dahulu. Bahkan banyak para ahli mengemukakan bahwa kebudayaan yang diserap dengan gamblang dapat berdampak negatif bagi lingkungan sekitar. Maka dari itu saat ini banyaklah usaha-usaha untuk mempertahankan kebudayaan kita, dan menganggap bahwa kebudayaan Indonesia sangat berharga dan harus dilestarikan.


refrensi 
http://yurizone.wordpress.com